Untuk keselamatan bersama, dan sekalian ingin menjewer kuping Tris yang tampak sok percaya diri, sedikit menyombong, sok baik, sok selalu menang itu, saya buat akhir cerita itu begini. Pendek saja.
”Hari-hari berlalu seperti biasa. Elsa lulus UN dan SPMB. Tris bahagia. Tugasnya selesai PR itu telah dikerjakannya dengan baik, rapi dan bersih. Dibuku agendanya dicantumkannya kalimat pengunci sebuah kasus : ~ ”Selamat jalan Elsa.”
Sementara itu di kamarnya yang sejuk, sambil mendengarkan lagu-lagu kelompok Scorpion, Elsa menulis di buku hariannya.
”Telah kulindas ia !
Ternyata aku mampu menundukkan orang yang selama ini menjadi favorit orang orang di sekolahku bekas sekolahku itu.
Ia telah kusetir.
Tak mampu berkutik.
Hampir setahun !
Aku puas !
Ternyata kegiatanku di kelompok drama ”Arung” telah memberiku modal akting yang prima.”
Selesai”
Sudah.
Rasa-rasanya pas. Tak perlu diubah lagi. Saya akhiri saja kemelut akhir cerita ini. Saya bubuhkan tanda tangan.
Lalu… Tiba-tiba Elsa datang menyergap. Berdiri tenang-tenang di depan saya. Tak terjangkau, tak teraba, anggun, galak juga, cantik juga, memandang tajam. Bertanya :
~ ”Tolong jawab dengan jujur. Dengan hati yang bersih. Begitukah saya ? Betulkah Elsa mampu menuliskan kalimat-kalimat itu di buku harian ? Mampukah Elsa menulis itu semua untuk orang yang telah memberikan dorongan kepada diri Elsa dengan cara yang amat persuasif seperti itu ?”
Saya malu. Ada yang saya korbankan memang. Elsa. Kalau Tris, biarlah. Tidak jadi masalah. Saya kenal Tris. Ia dapat menerima dengan enteng. Paling-paling ia akan menjawab.
~ ”Terserah bagaimana akhirnya. Boleh saja Elsa membohongi saya dengan aktingnya. Itu bukan urusan saya. Tugas saya membimbing, memberikan dorongan, memberikan motivasi. Semampu saya, dengan cara saya.”
Nah ! Tinggallah Elsa. Terpojok ia sebagai orang yang dinegatifkan. Kembali lagi saya berdiri di simpang jalan. Jangan memandang seperti itu ! Aku malu. Ini masalahku. Masalahku sendiri. Rasanya menjadi ruwet. Ah, aku tak mampu menjawab pertanyaan Elsa itu. Aku ingin tenang, tetapi susah…, sungguh. Susah menghindar dari berbagai alternatif yang menodong itu.
Baik lah, aku mengalah. Aku buka kartu saja.
Sebaiknya tak perlu malu. Apa adanya kan lebih bagus.
Sebenarnya akhir cerita itu sudah saya set sejak awal. Maafkan saya merampas waktumu. Siapa tahu waktu itu penting bagimu untuk tidur, melepas lelah setelah terbanting-banting dalam kerja rutinmu.
berlanjut sampai besok….
Filed under: Cerpen, Jurnal, Art, cenya, Cerpen, Curhat, Etika, faites comme chez vous, guru, IBSN, Informasi, Jurnal, moral, NaBloPoMo09, pendidik
I know many people like replica handbags and want to buy some.
no matter what you are saying, you got it
how.. tak apa2 pak.. membaca kan ya bermanfaat 😉
malam bang….
comandnya nanti dulu yah
blue sapa abang dulu…met berakhir peka abang
salam hangat selalu
allow, mau bilang met pagi nih 🙂