Manusia membutuhkan pakaian untuk melindungi dan menutup tubuhnya. Seiring dengan waktu dan perkembangan kehidupan, pakaian digunakan sebagai simbol, bahkan dijadikan identitas pemakainya. Hampir semua kelompok, pasti memiliki pakaian seragam, mulai dari model sampai ke warna yang sama. Banyak pilihan yang disajikan dan yang diinginkan untuk membuat pakaian. Namun pakaian dapat menjadi masalah bagi setiap orang terutama saat digunakan sebagai seragam.
Seragam merupakan seperangkat pakaian standar yang dikenakan oleh anggota yang berpartisipasi dalam sebuah aktivitas. Dalam kebanyakan budaya, perbedaan pakaian antara kedua jenis kelamin dianggap pantas untuk pria dan wanita terutama dalam model, warna dan bahan. Dalam beberapa budaya, hukum mengatur pakaian untuk pria dan wanita, bahkan pada status sosial, pakaian dapat menunjukkan strata ekonomi. Celakanya, pakaian dapat digunakan untuk menilai paham dan ideologi manusia. Bagai sebuah trade mark. Perhatikan saja, lingkungan dimana kita berada.
Tidak semua instansi pemerintah memiliki seragam. Bukan hanya pakaian yang sama, atribut yang dikenakan pun diseragamkan. Seragam kantor hanya menunjukkan identitas dan menonjolkan hierarki/birokrasi. Komunitas pun terbentuk di dalamnya karena seragam, bahkan diutamakan yang memiliki kesamaan seragam dan atribut untuk sebuah posisi jabatan.
Pengadaan seragam membutuhkan biaya yang besar karena melalui proses pengadaan barang dan jasadan mengundang kebocoran anggaran. Pembuatan seragam pun melalui sebuah pabrik besar secara kolektif. Ukuran seragam pun dibuat dengan ukuran umum (skala S, M, L, X, dan seterusnya) yang belum tentu cocok atau pas di badan pemakainya. Bahkan, hal ini dapat memperlambat pertumbuhan usaha kecil menengah.
Mari kita hitung untung ruginya menggunakan seragam !
Menggunakan seragam membuat kita bangga. sayangnya kita terikat dengan aturan instansi/organisasi. Apa yang kita lakukan baik atau buruk dapat dijadikan cermin bagi instansi/organisasi. Tidak lah mudah, bertingkah laku dengan menggunakan seragam, bahkan dapat membuat kita malu.
Perkelahian sederhana, sekedar adu mulut, akan terpicu menjadi besar dan meluas karena seragam atau atribut yang melekat di badan. Korbannya pun terhitung banyak seperti tawuran pelajar atau antar instansi yang memiliki peran menjaga keamanan.
Tidak ada lagi kerahasiaan identitas bila kita mengenakan seragam. Mudah dikenali. Memang sekarang jamannya keterbukaan. Namun, tidak semua harus terbuka, tetap ada bagian yang tertutup. Plus, bila ada operasi keamanan dan ketertiban, petugas bisa salah tangkap orang.
Luar biasa tantangannya bila kita menggunakan seragam.
Beranikah anda tampil beda?
Filed under: Article, cenya, Indonésie, NaBloPoMo09, Opini, Organisasi, Analisa, analisis, berita, Budaya, cenya, Curhat, diskriminasi, diskusi, Etika, etis, etnis, faites comme chez vous, IBSN, Informasi, Iseng, kebijakan, Kebudayaan, keterbukaan, maritim, mental, moral, NaBloPoMo09, Opini, Pemerintah, penataan, perbedaan, Politik, Polri, Proyek Perubahan, ragam budaya, sejarah, sistem, strategi, TNI, visi, warisan
Penggagas