Masalah selalu ada dimana-mana dan tak bisa dihindari. Kejadian tadi siang, membuat gosip baru beredar di kampus. Beberapa teman menggoda bahkan sampai menyindir. Ika pun tersipu malu tapi pura-pura tak tahu. Kalau jadi beneran… enak juga … makan sepiring berdua terus… hemat !, bukan pelit tapi … perhitungan.
Hari ini, Ika merasa senang karena Le mau menemani bercakap-cakap di pendopo bersama teman-teman. Ika merasakan perubahan sikap Le saat bercerita dan menanggapi masalah yang dialami teman-teman. Lebih gentle… persis seperti konsultan atau guru BP. Secara diam-diam, Ika mencuri pandang kepada Le, memperhatikan gerak bibir Le yang erotis … menari-nari di bawah kumis tipis. Ika ingin menyentuhnya tapi tak mungkin saat ini. Tidak perempuan saja memiliki pemikiran tersebut. Para pria pun pasti punya pikiran yang sama bila melihat bibir mungil wanita. Tidak dalam hitungan menit, lidah Le menyapu bibirnya. Semakin terpesona Ika dibuatnya. Le tidak sadar kalau sedang diperhatikan Ika.
”Haayoo… ketahuan… ya…?!”, sapa Putri
”Apa ?”, sahut Ika terkejut dan kelihatan agak panik, ”Kemana saja tadi… dicari-cari, tidak ketemu.” Ika mengalihkan pembicaraan.
”Ada di Kantin DW.” jawab Putri, ”Kamu mencari dimana ?”. Belum sempat Ika menjawab, Putri menambahkan, ”Pasti lupa dengan alam sekitar… kalau sudah berdua…”
”Bisa saja kamu, Put.” sahut Ika. Dan mereka pun tertawa. Membuat yang lain menoleh kepada mereka… penuh curiga.
”Ada apa ?” tanya Budi. Kebetulan Budi duduk dekat dengan mereka.
”Ah tidak…” jawab mereka serempak.
”Ini… orang Indonesia.” sambung Putri, ”Mau seenaknya saja. Susah diatur… maunya sendiri”. Putri mengalihkan pembicaraan. Ika merasa terselamatkan dan memandang Putri dengan tersenyum… manis, tampak sekali pipit lesung di kedua pipinya.
”Maksudnya ?” Budi penasaran dibuatnya.
”Ya… lihat saja. Di jalan raya, mereka sudah tidak mengindahkan lampu lalu lintas.” jelas Putri, ”Trotoar saja, sudah jadi jalur motor, bahkan jadi tempat kaki lima mangkal. Terus… jika ditertibkan… malah melawan dan minta ganti rugi… ngotot lagi…” Agak emosi Putri menerangkannya.
”Ha… ha… ha…, baru tahu, kamu Put,” sahut ku, ”Yang sederhana saja dech Put. Kamu tahu khan Alphabet ?” Kulanjutkan sebelum dijawabnya, ”Orang Indonesia menyebut vokal, bagaimana ?”
”a… i… u… e… o…”, jawab Putri.
Aku tahu Putri sedang belajar bahasa Prancis. Ini pertanyaan kedua ku kepadanya ”Nah… kalau orang Prancis, bagaimana ?”.
”a… e… i… o… u…” kata Putri dengan wajah polosnya, ”Terus hubungannya apa?” Putri masih belum mengerti arah pertanyaan ku.
”Ya… urutannya Putriiii,” sahut Budi, mengingatkan susunan alphabet.
”Orang Indonesia mengucapkan vokal berdasarkan enak didengar. Sedangkan orang Prancis diucapkan sesuai urutan alphabet.” sambung ku.
”Terus …?” tanya Putri yang masih belum paham.
”Artinya… sama dengan keluhan mu itu … lho.” sambung Budi.”Intinya… bikin aturan sendiri. Padahal sudah ada pakemnya.”
”Iya.. ya…”
”Jadi percuma dong…, ada aturan tapi tidak ditaati”, sahut Ika.
”Ya… tidak, Ka” sahut ku, ”Hanya kurang perduli dan tidak perhatian akan akibatnya. Dan sudah tertanam di benaknya untuk bertindak seperti itu, bahkan mungkin sudah menjadi budaya.”
”Tapi masih bisa dirubahkan ?” tanya Putri.
”Ya… butuh waktu yang lama. Merubah mindset, tidak lah mudah.” kata ku sambil melihat jam tangan.
”Dah… mau pulang, Le” sindir Budi yang melirik jam tangannya juga. ”Hmm… jam lima seperempat.”
”Iya. yuck… pulang. Besok diteruskan lagi diskusinya… okey ?” ajak ku. Tak terasa waktu cepat berlalu. Bisa-bisa pulang malam lagi nich karena Aku harus mengantar pulang Ika. Ika senang bisa berdua lagi sepanjang jalan. Sebenarnya, Ika senang diantarku bukan karena itu, tapi takut dimarahi orang tuanya jika sampai rumah lewat maghrib.
Benar saja, sampai di rumah, Ibunya sudah menanti di teras. Kuperhatikan… wajahnya biasa saja tapi matanya tajam memandang kami. Tidak banyak berkata-kata… berdiri dari tempat duduknya dan langsung masuk. Kami pun masuk dengan rasa yang tidak enak di hati… Kuputuskan untuk langsung pamit pulang, ”Ibu mu mana ? Aku pulang saja… ya ?”
”Nanti saja…, ada yang ingin kubicarakan.” Ika menahan ku agar lebih lama berada di rumahnya. Maunya seperti itu, tapi lihat suasananya tidak memungkinkan. Ika pun memaksa ku untuk tetap tinggal sebentar. Ika pun langsung bercerita dan membuatku bertahan di sana untuk menanggapi ceritanya. Akhirnya sampai pukul 23.15, aku baru bisa pulang, meskipun dengan agak memaksa dan ada sedikit perselisihan paham. Akan kah selalu seperti ini setiap hari bila berjumpa … lupa diri… menang sendiri.
Tidak seperti biasanya. Ika langsung tidur setelah Le pulang. Melupakan apa yang telah terjadi.
Filed under: Bahasa, cenya, Cerpen, Civilisation, IBSN, Indonésie, Jurnal, NaBloPoMo09, Bahasa, berita, cenya, Cerpen, cinta, Curhat, Etika, etis, faites comme chez vous, IBSN, iman, Informasi, mental, moral, NaBloPoMo09, pengalaman
Hi! I found your page on another site .Check my best rakeback web. It’s really good written and it helped me a lot.
Pretty good article. I just stumbled upon your blog and wanted to say that I have really enjoyed reading your opinions. Any way I’ll be coming back and I hope you post again soon.
[…] Older » […]
bibirku sampai mlongo membaca cerpen ini
asyik juga kayaknya
salam hangat dari Surabaya
oh ya ampun ini cerpen toh..? pantesan bingung hehe 🙂
oke oke.. ditunggu lanjutannyaa
wah masih berlanjut ya cerpennya.
lama ga nongol disini
selamat hari raya idul fitri
mohon maaf lahir dan batin
makasih … dah muncul di sini.
sama2 daku juga mohon maaf.
izin berkunjung….
baca dulu yeee….
silahkan… Mas.
What do you think about replica handbags?
Wah, sudah lama gak berkunjung ke sini, tetap eksis. Selamat Idul Fitri, maaf lahir batin
Yups… harus tetap eksis agar terampil.
…
Sama-sama, Mas. Daku juga mohon maaf kepada mu.
salam untuk keluarga
Le, memperhatikan gerak bibir Le yang erotis … menari-nari di bawah kumis tipis …. (merinding juga mbayanginnya) 😀 …hihihi..
cepetan ya nulis lanjutannya B-).. 😀
😀 … manthab kutipannya… 😀
okey … langsung dikebut 🙂
Ceritanya bagus, tak tunggu kelanjutannya.
Salam kenal
makasih…
salam kenal kembali
apa yang dikatakan ika pada putri??
*jadi penasaran :D*
Hanya mereka berdua yang tahu. 🙂
*penasaran modeon*
“Sebenarnya Ika senang diantarku bukan karena itu tapi takut dimarahi orang tuanya”
itu itu apa yah ??
*polos MODE ON.. hehehe*
Mas,
itu, itu maksudnya “senang bisa berdua”.
begicu, Mas
*serius MODE ON.. hehehe*
ada2 ja cerita jaman sekarang… kreatif2… kalau kelanjutannya dah keluar, bilang2 Pak…
makasih banyak dah komen….
okey … nanti diberitahu…
kembali kasih
..
Ah, nanggung Pak..
Ditunggu kelanjutannya.. 😉
..
iyaa… sabar yaa…
lanjutannya masih dalam proses… hehehe… 🙂
…
tak sabar menanti nich, pak.
…
🙂
sa;am ketauan.
salam kembali
hmm mengingatkan tentang masa lalu yang perlu dikenang.Selamat mudik pak
betul kawan… trima kasih, sama-sama tiati di jalan.
hehehehe… huhuhuh…. hahahahah…., dasar !?
🙂
ketahuan dech kalo blm selesai ceritanya 😀
😀 hahaha… 😀